Arachnofobia adalah istilah teknis untuk rasa takut kepada laba-laba. Sekitar 3,5 hingga 6,1 persen penduduk menderita phobia ini. Terapi pemaparan adalah bentuk perawatan yang paling umum. Namun, 60 hingga 80 persen arakhnofobia tidak menerima terapi apa pun karena kurangnya layanan yang tersedia, sementara banyak orang yang tidak bisa menahan rasa takut ketika bertemu dengan laba-laba nyata. Bersama dengan mitra, para peneliti Fraunhofer mengembangkan sistem terapi fobia digital yang dirancang untuk memfasilitasi perawatan fobia laba-laba di lingkungan rumah dan memberikan rasa keamanan yang lebih baik kepada pasien. Sistem ini akan dipamerkan di pameran dagang MEDICA di Düsseldorf mulai 12 hingga 15 November (Hall 10, Booth G05 / H04).
Di Indonesia, tidak ada laba-laba liar yang mengancam manusia, walau begitu banyak orang yang panik saat melihatnya. Tubuh mereka bereaksi dengan palpitasi jantung, menggigil, pusing, berkeringat, dan sesak napas. Kadang-kadang tekanan psikologis begitu besar, ketakutan yang begitu luar biasa, sehingga penderita fobia harus menjalani terapi fobia. Pendekatan terapi perilaku telah terbukti paling berhasil dalam mengobati arachnofobia. Terapi pemaparan, yang melibatkan menghadapi pasien dengan satu atau lebih laba-laba nyata, dianggap sangat efektif. Namun, penderita fobia sering tidak memanfaatkan perawatan seperti itu, baik karena paparan makhluk berkaki delapan ini terlalu menakutkan untuk dihadapi, atau karena kurangnya pilihan terapi fobia yang tersedia di tempat mereka tinggal.
Leave A Comment